Jumat, 11 Januari 2013

KAU PUISI




A
ku kali pertama mengenalmu saat pelajaran Fisika, di kelas satu SMA. Pagi itu Pak Muhari sedang menerangkan Hukum I Newton, tentang Gaya dan Dinamika. Kelas begitu suram dan membosankan, kapur tulis berdecit menjilat papan. Sekali-dua Pak Muhari berhenti sejenak, membalikkan badannya menatap kami yang mulai kehilangan konsentrasi.
“Catat!” katanya pendek. Agak sinis. Nadanya tegas, “Ini penting” lanjutnya. Kami saling lirik, sejujurnya kami bosan mencatat, tapi sekolah tak selalu menyediakan pilihan lain.
Kelas jadi hening. Kami tenggelam dalam buku catatan masing-masing sebagian mencatat rumus, sebagian lain menggambar atau menulis surat cinta.
Dan aku? Aku mencatat dengan seksama, tentu saja. Aku masih ingat rumus itu, ∑F = 0, Hukum I Newton, Inersia.
Tiba-tiba suara pintu diketuk. Pak Muhari berhenti mencatat, menuju pintu kelas, lalu membukanya.
“Maaf mengganggu, Pak Muhari,” suara Pak Heru, Wakil Kepala Sekolah.
“Eh, tidak apa-apa, Pak...  Ada yang bisa saya bantu?” seperti biasa, di depan atasannya, orang selalu terlihat ramah.
“Ini, Pak, saya membawa siswa baru pindahan dari luar kota. Namanya Khienant, dia akan bergabung dengan kelas ini. Saya mau memperkenalkan kepada anak-anak, sekalian Khienant langsung ikut belajar.” Pak Heru menjelaskan.
“Oh, ya,ya, silakan… silakan…” sahut Pak Muhari sambil melebarkan pintu kelas.
Dari balik pintu, siswa baru itu, kamu, mulai menampakkan diri. Pak Heru masuk lebih dulu, “ayo masuk, jangan malu-malu, mereka semua nanti jadi temanmu.” Pak Heru meyakinkanmu.
Kau mulai melangkah masuk, mengukuti Pak Heru dari belakang. Kau terlihat agak malu-malu.
“Anak-anak, ini Khienant Kusuma Dewi, teman baru kalian. Khienant ini pindahan dari sekolah di Bandung. Silakan nanti berkenalan. Mulai hari ini Khienant bergabung dengan kelas kalian. Pesan Bapak, perlakukan Khienant dengan baik, ya?”
“Iya, Pak…” kami menjawab serentak. Anak-anak senyum-senyum.
“Hai Khienant!” Gugun menggodamu. Kau mengangguk pelan, lalu tersenyum, “Hai teman-teman!” katamu riang. Suaramu lembut, dan entah bagaimana membuat nafasku tertahan.
Apa yang terjadi? Tanyaku dalam hati. Kau tak terlalu cantik,ada perempuan lain dikelas ini yang lebih cantik. Kau manis? Ya, aku akui. Tapi bagaimana caranyasuaramu, gesturmu, matamu, hidungmu, langkahmu yang malu-malu bisa menahan laju degup jantungku? Apa-apaan ini?!
***
Sejak saat itu, aku mulai memperhatikanmu. Kau duduk dua baris di sebelah kanan tempat dudukku. Sehari, dua hari, lima hari, sembilan hari, aku jadi punya kebiasaan baru: Menatap punggungmu, memperhatikan rambut panjang yang diikat rapi dengan ikat-rambut warna-warni.
Lama-lama aku hapal, setiap Senin kau memakai ikat-rambut waran kuning, Selasa warna biru, Rabu warna hijau, Kamis warna merah, Jumat bunga-bunga, dan hari Sabtu kau tak mengikat rambutmu.
Apa-apaan ini? Apa yang terjadi? Tanyaku dalam hati.
Hukum I Newton: Setiap benda berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus, selama tidak ada gaya yang bekerja pada pada benda tersebut atau tidak ada gaya total pada benda tersebut.
Mungkinkah kau ‘gaya total’ bagi laju hidupku yang sebelumnya tenang dan stabil? Sebelum kau datang, hari-hariku biasa-biasa saja, irama jantungku berdetak sewajarnya, dan sekolah tetap membosankan seperti seharusnya. Tetapi setelah kau datang? Semuanya berubah! Tiba-tiba aku menahan napas saat berpapasan denganmu, waktu seolah melambat tetapi berbanding terbalik dengan detak jantungku yang berdegup cepat. Dan sekolah? Aneh sekali aku merasa sekolah bagaitempat yang menyenangkan sedunia. Apa-apaan ini? Apa yang terjadi? Mungkinkah aku sedang jatuh cinta?
***
Sejujurnya, aku bukan laki-laki yang mudah percaya pada cinta. Aku bukan laki-laki yang mudah jatuh cinta. Aku selalu menganggap mereka yang menghabiskan waktu disekolah untuk urusan-urusan cinta adalah mereka yang membuang-buang waktu saja. Apa pentingnya ngecengin cewek-cewek yang jajan bakso di kantin? Apa pentingnya waktu pulang sekolah berebut pasangan boncengan? Apa pentingnya berkelahi gara-gara perempuan? Aku bukan tipe laki-laki seperti itu.
Tapi, kini, mungkinkah aku sedang jatuh cinta?
Entahlah, aku tak mengerti. Tapi bagiku, ‘jatuh cinta’ harus dibuktikan secara ilmiah. I believe in science, harus ada bukti empiris bahwa aku benar-benar jatuh cinta. Tapi, bagaimana caranya?
Aku mulai membaca buku-buku, membaca puluhan artikel di Internet; Bagaimanakah cara membuktikan seseorang sedang jatuh cinta?
Akhirnya, aku dapat juga cara mengujinya. Begini caranya: Aku akan menghitung jumlah detak jantung normalku setiap menitnya, lalu akan kubandingkan dengan jmlah detak jantungku setiap kali melihatmu. Aku akan menghitungnya selama seminggu dan menemukan rata-ratanya. Jika ada perbedaan antara detak jantung normalku dengan detak jantungku setiap kali bertemu denganmu, barangkali bisa disimpulkan bahwa aku memang jatuh cinta padamu. Begitu kira-kira. Ini teori ciptaanku sendiri, mari kita uji!
Aku mulai melakukan riset sederhana. Aku menghitung jumlah detak jantungku setiap menitnya, aku mendapatkan rata-ratanya: 80 kali per menit. Itu detak jantung normalku. Baiklah, mari kita buktikan apakah aku sedang jatuh cinta padamu atau tidak…
Hari pertama, Selasa. Dari jauh aku melihatmu mengenakan ikat rambut warna biru. Oh, mengapa aku begitu tertarik pada ikat-rambutmu? Kau sedang mengobrol dengan beberapa teman perumpuan. Aku menarik napas panjang dan mulai menghitung. Hasilnya: 88! Kesimpulan sementara: ada peningkatan detak jantung saat aku melihatmu. Tapi, aku belum percaya bahwa aku sedang jatuh cinta.
Hari kedua, Rabu, kau belum datang ke kelas padahal sebentar lagi jam pelajaran dimulai. Bangkumu kosong, entah mengapa aku merasa kehilangan saat memperhatikan bangku milikmu yang kosong. Lima menit berlalu, bel masuk berbunyi. Dan kau belum juga datang.Oh, hari ini seharusnya aku sudah melihatmu dengan ikat-rambut warna hijau. Hei, sedang dimanakah kamu?
Lima menit kemudian, pelajaran dimulai, Bahasa Indonesia. Aku mulai bertanya-tanya dan menerka-nerka: Apakah kau tidak masuk hari ini? Apakah kau sakit? Apakah sesuatu terjadi padamu? Aku mulai khawatir.
Aku menghitung detak jantungku: 84.
Tiba-tiba suara pintu diketuk, kau datang tergesa-gesa dengan npas terengah. “Maaf, Bu Mira, saya terlambat, tadi angkotnya mogok.” Katamu kepada Bu Mira, guru Bahasa Indonesia. Oh, suaramu, mengapa aku jadi mengagumi suaramu? Apa yang istimewa dari suaramu?
Bu Mira melihat datar ke arahmu, lalu melirik arlojinya. Ternyata kau masih bisa dimaafkan dan dia mempersilakanmu masuk.
Kau berjalan tergesa menuju tempat dudukmu. Aku memperhatikanmu. Dan ternyata kau menangkap mataku sedang memperhatikanmu, kau tersenyum ke arahku. Sial! Degup jantungku mempercepat dirinya sendiri! Segera kuhitung: 96! Apa-apaan ini?! Degup jantungku tiba-tiba meningkat signifikan!
Hari ketiga aku memperhatikanmu, degup jantungku tetap di atas normal, apakah aku benar-benar jatuh cinta padamu? Aku tak begitu yakin, apakah ini reaksi normal?
***
“Hai Reza, boleh pinjam catatan fisika?” kau tiba-tiba menghampiri mejaku.
“Eh, tentu saja.” Tiba-tiba aku jadi kikuk, jantungku berdegup kencang, tanganku berkeringat.
Aku mencari buku catatan Fisika-ku, lalu menyerahkannya kepadamu.
“Kamu katanya jago banget Fisika, ya?”
“Eh, enggak juga. Cuma hobi aja. Banyak yang lebih jago kok!”
“Kata temen-temen, kamu jago Fisika. Ajarin donk!” kau tersenyum ke arahku, senyum yang manis. Lengkung bibir yang puitis.
“Boleh aja,” jawabku, “tapi aku nggak jago, lho… Kalau mau, kita belajar sama-sama aja.”
Kau mengangguk. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba mengaduk hatiku. Entah apa namanya, aku belum pernah mengenal perasaan itu sebelumnya.
“Ngomong-ngomong kenapa kamu pindah ke Jakarta?” aku berusaha nyaman dengan percakapan kita.
“Papaku ditugaskan ke pusat, kami sekeluarga terpaksa ikut pindah. Kan udah aku certainwaktu perkenalan di pelajaran Matematika?” jawabmu sambil membuka-buka buku catatan Fisika-ku, “Sebenernya kamu nggak pernah nyatet, ya? Ini isinya cuma latihan soal sama rumus-rumus.”
Aku nyengir. “Hehe, iya…”
“Tapi kamu hebat. Aku jadi pinjem catatanya, kok!” katamu. Kau tersenyum sekali lagi, matamu menyipit.
Aku balas tersenyum. Napasku tertahan.
Kau ingat percakapan pertama kita? Barangkali kau sudah lupa. Tapi, aku mengingatnya dengan sempurna; apakah itu juga bagian dari ‘jatuh cinta’? Ah!
***
Hari keempat, kelima, keenam, dan ketujuh sudah kulalui. Aku sudah mendapatkan hasilnya. Harus ku akui, ternyata memang ada peningkatan cukup signifikan dari detak jantungku setiap kali bertemu kamu. Aku mendapat rata-ratanya: 92. Itu belum termasuk keringat dingin dan gemetaran saat kamu mengajakku ngobrol, dan saat kamu meminjam penghapus di pelajaran Kesenian Sabtu lalu.
Ah, jika kau memang ‘gaya total’ yang mempengaruhi dinamika hidupku, menyebabkan percepatan degup jantungku setiap kali bertemu denganmu, benarkah aku sedang jatuh cinta kepadamu? Aku tak yakin. Aku bisa saja menolaknya. Tapi, mungkinkah aku menolak Hukum II Newton: Jika suatu gaya total bekerja pada benda, maka benda akan mengalami percepatan, dimana arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Vector gaya total sama dengan massa benda dikalikan dengan percepatan benda.
∑ F = m a.  baiklah, yang jelas aku mulai curiga: Jangan-jangan kau memang ‘gaya total’ bagi hidupku!?
***
Baby, kau sosok yang punyai arti
Kau Puisi ketika datang sepi
Saat nikmati indah sunset pantai Kuta
Hadirmu jadi pelengkapku di tata surya
Aku butuh dunia.. dan kau
sebagai pendamping ketika ku rasakan galau
Aku butuh cinta.. dan kau
adalah tema saatku rasakan galau

Kau ada untuk melengkapi diriku
Kau tercipta untuk menutupi kekuranganku
L. O. V. E. yang membuatku bisa bertahan
Seperti rumput yang tak kan tumbang oleh topan
Emosi, perasaan, jaminan rasa aman
Kau sanggup taklukan hati dengan sebuah senyuman
Aku berdiri karna kau hadir di sisi
Your my everything, baby..
kau takkan pernah terganti..
Ah, ini aneh, entah kenapa aku mulai suka bernyanyi. Aku membayangkan kita berdua menjadi takoh utama dalam syair lagu-lagu cinta. Jika menonton video klipnya yang indah, aku membiarkan imajinasiku masuk ke dalam ceritanya: You are my everything, Baby…kau takkan pernah terganti…
Aku senyum-senyum sendiri, merasa jadi orang gila yang bahagia. Sial, aku benci perasaanmellow macam begini, tapi aku tak bisa menolaknya! Sungguh, ini seperti terperangkap dalam soal Gaya dan Dinamika di ujian Fisika, Hukum III Newton: Apabila sebuah benda memberikan gaya kepada benda lain, maka benda kedua memberikan gaya kepada benda pertama. Kedua gaya tersebut memiliki besar yang sama tetapi berlawanan arah.
FA ke B = FB ke A. Khienant, ini teori Fisika paling romantis buatku. Baiklah, aku menyerah, aku benar-benar jatuh cinta padamu. Aku melihat kita berjodoh menurut Hukum III Newton. Aku berkulit hitam, kau putih. Aku pendiam, kau suka bicara. Aku suka Matematika dan Fisika, kau suka Sejarah dan Bahasa Indonesia. Aku pemalu, kau periang. Aku mudah marah, kau penyabar. Aku bertele-tele, kau tergesa-gesa. Kita saling berlawanan tapi sekaligus saling menggenapkan.
Setiap benda yang memberi gaya tertentu akan mendapatkan gaya yang berlawanan dari yang diberikan olehnya… Inilah yang membuat gerak jadi sempurna, membuat hidup dan cinta jadi indah: Faksi = Freaksi
Barangkali aku bukan laki-laki terbaik di dunia, karena memang tak ada manusia yang sempurna. Aku hanya laki-laki biasa, yang menemukan sebagian dirinya dalam dirimu. Bagiku, kaulah yang akan menyempurnakan hidupku. Barangkali ini terdengar gombal buatmu. Biar saja! Aku memang masih kelas 1 SMA. Tapi soal cinta, aku merasa jauh lebih dewasa. Aku serius. Seperti pada Fisika, aku serius soal cinta.
Well, demi Hukum I, II, dan III Newton: Aku cinta kamu!
Kaulah belahan hatiku
yang terangi aku
dengan cintamu
Kau hangatkan jiwaku
dan slimuti aku
Dengan kasihmu
***
Khienant, barangkali aku bukan laki-laki yang romantis yang pandai menulis puisi untuk menyatakan perasaanku padamu. Tetapi inilah keseluruhan rekonstruksi perasaanku padamu. Aku tahu perempuan memang lebih suka puisi daripada teori. Sejujurnya, tentang puisi yang kau baca sejak tadi, itu syair lagu favoritku yang benar-benar menggambarkan perasaanku padamu.
Ku coba gapai apa yang kau ingin
Saat ku terjatuh sakit kau adalah aspirin
Coba menuntunmu agar ada di dalam track
Kau catatan terindah di dalam teks

Dan aku mengerti apa yang kau mau:
hargai dirimu, menjadi imammu
Karna kau diciptakan dari tulang rusukku
selain itu karna kau bagian dariku.
Khienant, ternyata cinta tak sesederhana rumus-rumus Fisika dan hitungan-hitungan Matematika… Cinta barangkali bagai senyawa kata dan makna yang bersembunyi di balik metafora puisi, dan kita terus menerus membacanya, menafsirkannya, mengaguminya tanpa henti… Bagiku, kaulah puisiku! Yang terindah yang pernah aku tahu! Hei, kenapa aku jadi bisa menulis yang seperti ini? Pasti gara-gara kamu…
Dan dirimu damaikan hatiku…
Dan artimu tak akan berakhir…
Semoga kamu belum punya pacar...




SUMBER : Fahd Djibran, Bondan Prakoso & Fade 2Black, Hidup Berawal Dari Mimpi

Kamis, 03 Januari 2013

TUGAS OBSERVASI MONAS


MONUMEN NASIONAL (MONAS), JAKARTA

 I.       Waktu Observasi
         Observasi dilaksanakan dengan teman oleh observer pada tanggal di Monas mulai pukul 09.00 sampai dengan pukul 15.00 WIB. Selain itu untuk memperoleh kelengkapan data dan informasi observer mewawancarai beberapa orang diantaranya petugas pengelola, dan guide monas.

II.    Hasil Observasi
       SEJARAH MONAS :
       Monas atau Monumen Nasional merupakan icon kota Jakarta. Terletak di Pusat Kota Jakarta. Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus 1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.Sedangkan wilayah taman hutan kota di sekitar Monas dahulu dikenal dengan nama Lapangan Gambir. Kemudian sempat berubah nama beberapa kali menjadi Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas dan kemudian menjadi Taman Monas.

          Ukuran dan Isi Monas
Monas dibangun setinggi 132 meter dan berbentuk lingga yoni. Seluruh bangunan ini dilapisi oleh marmer.

          Lidah Api
Di bagian puncak terdapat cawan yang di atasnya terdapat lidah api dari perunggu yang tingginya 17 meter dan diameter 6 meter dengan berat 14,5 ton. Lidah api ini dilapisi emas seberat 45 kg. Lidah api Monas terdiri atas 77 bagian yang disatukan.

·        Pelataran Puncak
Pelataran puncak luasnya 11x11 m. Untuk mencapai pelataran puncak, pengunjung bisa menggunakan lift dengan lama perjalanan sekitar 3 menit. Di sekeliling lift terdapat tangga darurat. Dari pelataran puncak Monas, pengunjung bisa melihat gedung-gedung pencakar langit di kota Jakarta. Bahkan jika udara cerah, pengunjung dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat maupun Laut Jawa dengan Kepulauan Seribu.
·         
          Pelataran Bawah
Pelataran bawah luasnya 45x45 m. Tinggi dari dasar Monas ke pelataran bawah yaitu 17 meter. Di bagian ini pengunjung dapat melihat Taman Monas yang merupakan hutan kota yang indah.

·         Museum Sejarah Perjuangan Nasional
Di bagian bawah Monas terdapat sebuah ruangan yang luas yaitu Museum Nasional. Tingginya yaitu 8 meter. Museum ini menampilkan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Luas dari museum ini adalah 80x80 m. Pada keempat sisi museum terdapat 12 diorama (jendela peragaan) yang menampilkan sejarah Indonesia dari jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang Bangsa Indonesia hingga G30S PKI.
Kumpulan.info

III.   LAPORAN HASIL PENELITIAN

    1.   Keadaan Lokasi
          Setelah penyusun mengikuti semua kegiatna observasi penyusun mengetahui keberadaan Monumen Pancasila di Jalan. Proklamasi No. 56 Ibu Kota Jakarta yang dicetuskan pada tanggal 19 Agustus 1974 atas gagasan Presiden Soeharto dan direalisasikan berdasarkan keputusan Presiden RI No. 34 Tahun 1979 tanggal 28 November 1997. untuk mengenang dan melestarikan kebebasan bangsa Indonesia, yang dikenal dengan revolusi kemerdekaan rakyat Indonesia 17 Agustus 1945 dan untuk membangkitkan semangat patriotisme bagi generasi mendatang maka dibangun suatu tugu peringatan yang kemudian dikenal sebagai Tugu Monumen Nasional.
Pembangunan Tugu Monumen Nasional berdasarkan keputusan Presiden RI. 214 tahun 1959 tanggal 30 Agustus 1945 tentang pembentukan panitia Monumen Nasional yang diketahui oleh Kolonenl Wirahadi Kusuma. Komandan KMKB Jakarta. Pembangunan Monumen Tugu Nasional barulah berwujud ketika Presiden Suharto memasang pemancang tiang pertama sebagai awal pembangunan Tutu Monumen Nasional dilaksanakan tangal 19 Agustus 1961. perancang Tugu Monumen Nasional dibuat oleh arsitek terkenal Indonesia Soedarsono dan penasehat konstruksi Prof. Dr. Ir. Rasseno. Pembangunan Tugu Monumen Nasional di biayai oleh sumbangan masyarakat Indonesia secara gotong royong dan dibuka 19 maret 1982.

2.   Landasan Kegiatan Penelitian
          Dalam rangka menjalankan tugas dan untuk mendapatkan data-data dalam pembuatan paper ini Penulis mengadakan observasi dengan melakukan penelitian langsung pada obyeknya, untuk melaksanakan penelitian tersebut berlandaskan pada Surat Keputusan Kepala MAN 2 Metro, No: Ma. 08.08/PP.00.6/277/2007 tentang Kegiatan karya wisata.

3.   Jenis-Jenis Kegiatan Penelitian
          Setelah penulis mengadakan pengamatan dan penelitian dengan melihat langsung dan           melihat dokumen maka ada beberapa hal yang dapat penulis laporkan, bahwa dalam tugu Monumen Nasional mempunyai beberapa bagian utama:

1.   Pintu Msuk Tugu Monas
    Di Plaza Taman Medan Merdeka bagian utara terhampar pemandangan sejuk yang berupa taman kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro dan mulai terowongan yang berada 3 mil di bawah tanah dan jalan siang di Monumen Nasional yang berpagar bambu runcing mengingatkan pada salah satu jenis senjata para pejuang dalam merebut dan mepertahankan kemerdekaan.

2.      Ruang Museum Sejarah
      Ruang Museum sejarah terletak 3 meter di bawah permukaan halaman Tugu Monumen Nasional dengan ukuran 80 x 80 m. Dinding tiang lantai keseluruhan berlapiskan marmer, pada ke 4 sisi ruang terdapat masing-masing 12 jendela peragaan (diaroma) yang mengabadikan sejarah pada zaman nenek moyang bangsa Indonesia yakni perjuangan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

3.      Ruang Kemerdekaan
       Ruangan kemerdekaan amphi theater yang terletak di Cawan Tugu Monumen Nasional di dalamnya terdapat 4 atribut kemerdekaan Republik Indonesia.
1.      Peta Kepulauan Negara Indonesia
2.      Bendara Sang Saka Merah Putih
3.      Lambang Negara Bhinneka Tuggal Ika
4.      Pintu Gapura Yang berisi Naskah Teks Proklamasi

2.      Pelataran Puncak
      Pelataran puncak Tugu Monumen Nasional terletak diketinggian 115 m dari halaman Tugu Monumen Nasional dnegna elefator tunggal yang berkapasitas maksimum 19 orang dapat mencapai pelataran puncak yang luasnya 11 x 11 m dapat menopang 30 orang dipelataran ini. Pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh kota Jakarta, dikelilingi rangka elevator dibadan-badan tugu terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi.

5.      Lidah Api Kemerdekaan
Lidah api kemerdekaan puncak dibuat dari Perunggu seberat 5 ton dengan tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter. Terdiri dari 77 bagian yang disatukan seluruh permukaan Lidah Api di lapisi Emas (Gold Lepil), seberat Kurang lebih 50 Kg. ketinggian Tugu Monumen Nasional sampai dengan puncak Lidah Api mencapai 132 m.
 
3. Pelaksanaan Penelitian
Jumlah peserta observasi terdiri dari siswa-siswa kelas 1ic01 sebanyak  orang dan tedapat guru pendamping sebanyak 16 orang. Tujuan monumen nasional tanggal keberangkatan 18 November 2012, Kendaraan yang digunakan adalah speda bermotor.


KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

1.                 Kesimpulan
Setelah penulis menjelaskan penelitian dalam paper yang sangat sederhana ini, maka penulis mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Monumen Nasional dengan budaya bangsa bisa menampilkan semua budaya bangsa yang ada di zaman dahulu, sehingga pelestarian budaya-budaya di zaman dulu.
2.      Monumen Nasional sebagai saran pengembangan ilmu pengetahuan adalah suatu peninggalan di zaman dahulu, sehingga dengan adanya monument nasional kita dapat mengetahui tentang adanya budaya bangsa yang terjadi di zaman dahulu.
3.      Dengan kita mengadakan karya wisata atau observasi ditempat-tempat seperti monument nasional kita dapat lebih kreatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan, kita juga dapat memperoleh wawasan baru.
4.      Siswa-siswa dapat mengetahui tentang sejarah yang terjadi di zaman dahulu sampai sekarang.

2.                 Saran
Sebagai seorang Penulis yang menjadikan tugu Monumen Nasional sebagai obyek observasi dan kajian, maka sepantasnya apabila saya mengucapkan terima kasih dengan memberikan sedikit saran yang mungkin bermanfaat:
1.      Pemerintah serta seksi Monumen Nasional Jakarta hendaknya meningkatkan pelayanan pada pengunjung dan menambah modal dengan misi baik.
2.      Masyarakat dan pengunjung agar dapat mengamati dengan serius benda-benda yang bersejarah yang berada di manapun saat melakukan kunjungan penelitian dan lebih menjaga benda-benda bersejarah
3.      Karyawan atau petugas Monumen Nasional hendaknya selalu menjaga benda-benda yang dimusiumkan di Monumen Nasional.
4.      Sebagai Generasi muda hendaknya melestarikan rasa cinta tanah air bangsa dan Negara demi tercapainya cita-cita dan tujuan pembangunan di masa depan

3.                 Penutup
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang teah melimpahkan Rahmatnya serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan paper ini. Dan tidak lupa pula Penulis menghaturkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan paper ini.
Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan paper ini dapat bermanfaat bagi orang lain dan khususnya penulis dan menjadi amal yang diterima disisinya.